Edisi 1
Oleh:
Surya Noor
“Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab
Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka
memandang baik (perbuatan ma'siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan
mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara
mereka". (QS. AL-HIJR: 39-40)
Semoga Allah
mengaruniakan kepada kita hati yang ikhlas. karena betapapun kita melakukan
sesuatu hingga bersimbah peluh berurai keringat, habis tenaga dan terkuras
pikiran, kalau tidak ikhlas melakukannya, tidak akan ada nilainya di hadapan
Allah. Bertempur melawan musuh, tapi kalau hanya ingin disebut sebagai
pahlawan, ia tidak memiliki nilai apapun. Menafkahkan seluruh harta kalau hanya
ingin disebut sebagai dermawan, ia pun tidak akan memiliki nilai apapun.
Mengumandangkan adzan setiap waktu shalat, tapi selama adzan bukan Allah yang
dituju, hanya sekedar ingin memamerkan keindahan suara supaya menjadi juara
adzan atau menggetarkan hati seseorang, maka itu hanya teriakan-teriakan yang
tidak bernilai di hadapan Allah, tidak bernilai! Ikhlas, terletak pada niat
hati.
Luarbiasa sekali pentingnya niat ini, karena niat adalah pengikat
amal. Rasulullah SAW bersabda:
إنما الاعمال بالنيات وإنما لكل امرئ ما نوى
Orang-orang yang tidak pernah memperhatikan
niat yang ada di dalam hatinya, siap-siaplah untuk membuang waktu, tenaga, dan
harta dengan tiada arti. Keikhlasan seseorang benar-benar menjadi amat penting
dan akan membuat hidup ini sangat mudah, indah, dan jauh lebih bermakna.
Apakah ikhlas itu? Orang yang ikhlas adalah
orang yang tidak menyertakan kepentingan pribadi atau imbalan duniawi dari apa
yang dapat ia lakukan. Konsentrasi orang yang ikhlas cuma satu, yaitu bagaimana
agar apa yang dilakukannya diridhoi oleh Allah SWT. Jadi ketika sedang
memasukan uang ke dalam kotak infaq, maka fokus pikiran kita tidak ke kiri dan
ke kanan, tapi pikiran kita terfokus bagaimana agar uang yang dinafkahkan itu
diterima di sisi Allah.
Apapun yang dilakukan kalau konsentrasi kita
hanya kepada Allah, itulah ikhlas. Seperti yang dikatakan Imam Ali bahwa orang
yang ikhlas adalah orang yang memusatkan pikirannya agar setiap amalnya
diterima oleh Allah. Seorang pembicara yang tulus tidak perlu merekayasa kata-kata
agar penuh pesona, tapi ia akan mengupayakan setiap kata yang diucapkan
benar-benar menjadi kata yang disukai oleh Allah. Bisa dipertanggungjawabkan
kebenarannya. Bisa dipertanggungjawabkan artinya. Selebihnya terserah Allah.
Kalau ikhlas walaupun sederhana kata-kata kita, Allah-lah yang kuasa
menghujamkannya kepada setiap qalbu.
Oleh karena itu, jangan terjebak oleh
rekayasa-rekayasa. Allah sama sekali tidak membutuhkan rekayasa apapun dari
manusia. Allah Maha Tahu segala lintasan hati, Maha Tahu segalanya! Makin
bening, makin bersih, semuanya semata-mata karena Allah, maka kekuatan Allah
yang akan menolong segalanya.
Buah apa yang didapat dari seorang hamba yang
ikhlas itu? Seorang hamba yang ikhlas akan merasakan ketentraman jiwa,
ketenangan batin. Betapa tidak? Karena ia tidak diperbudak oleh penantian untuk
mendapatkan pujian, penghargaan, dan imbalan. Kita tahu bahwa penantian adalah
suatu hal yang tidak menyenangkan. Begitu pula menunggu diberi pujian, juga
menjadi sesuatu yang tidak nyaman. Lebih getir lagi kalau yang kita lakukan
ternyata tidak dipuji, pasti kita akan kecewa.
Tapi bagi seorang hamba yang ikhlas, ia tidak
akan pernah mengharapkan apapun dari siapapun, karena kenikmatan baginya bukan
dari mendapatkan, tapi dari apa yang bisa dipersembahkan. Jadi kalau saudara
mengepel lantai dan di dalam hati mengharap pujian, tidak usah heran jikalau
nanti yang datang justru malah cibiran. Tidak usah heran pula kalau kita tidak
ikhlas akan banyak kecewa dalam hidup ini.
Lalu, dimanakah letak kekuatan hamba-hamba
Allah yang ikhlas? Seorang hamba yang ikhlas akan memiliki kekuatan ruhiyah
yang besar. Ia seakan-akan menjadi pancaran energi yang melimpah. Keikhlasan
seorang hamba Allah dapat dilihat pula dari raut muka, tutur kata, serta
gerak-gerik perilakunya. Dia benar-benar bening dari berbuat rekayasa. Setiap
tumpahan kata-kata dan perilakunya tidak ada yang tersembunyi. Semua itu ia
lakukan tanpa mengharap apapun dari orang yang dihadapinya, yang ia harapakan
hanyalah memberikan yang terbaik untuk siapapun.
Dikisahkan dalam sebuah hadits yang
diriwayatkan oleh Turmudzi dan Ahmad, sebagai berikut :
Tatkala Allah SWT menciptakan bumi, maka bumi pun bergetar. Lalu
Allah pun menciptkan gunung dengan kekuatan yang telah diberikan kepadanya,
ternyata bumi pun terdiam. Para malaikat terheran-heran akan penciptaan gunung
tersebut. Kemudian mereka bertanya? "Ya Rabbi, adakah sesuatu dalam
penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada gunung?"Allah menjawab, "Ada, yaitu besi" (Kita mafhum bahwa
gunung batu pun bisa menjadi rata ketika dibor dan diluluhlantakkan oleh
buldozer atau sejenisnya yang terbuat dari besi). Para malaikat pun kembali bertanya, "Ya Rabbi adakah sesuatu
dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada besi?" Allah yang Mahasuci menjawab, "Ada, yaitu api" (Besi,
bahkan baja bisa menjadi cair, lumer, dan mendidih setelah dibakar bara api). Bertanya kembali para malaikat, "Ya Rabbi adakah sesuatu dalam
penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada api?" Allah yang Mahaagung menjawab, "Ada, yaitu air" (Api
membara sedahsyat apapun, niscaya akan padam jika disiram oleh air). "Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat
dari air?" Kembali bertanya para malaikta. Allah yang Mahatinggi dan Maha Sempurna menjawab, "Ada, yaitu
angin" (Air di samudera luas akan serta merta terangkat, bergulung-gulung,
dan menjelma menjadi gelombang raksasa yang dahsyat, tersimbah dan menghempas
karang, atau mengombang-ambingkan kapal dan perahu yang tengah berlayar, tiada
lain karena dahsyatnya kekuatan angin. Angin ternyata memiliki kekuatan yang
teramat dahsyat). Akhirnya para malaikat pun bertanya lagi, "Ya Allah adakah
sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih dari semua itu?" Allah yang Maha Gagah dan Maha Dahsyat kehebatannya menjawab, “ada,
yaitu amal anak adam yang mengeluarkan sedekah dengan tangan kanannya sementara tangan kirinya tidak mengetahuinya."
Artinya, orang yang paling hebat, paling kuat,
dan paling dahsyat adalah orang yang bersedekah tetapi tetap mampu menguasai
dirinya, sehingga sedekah yang dilakukannya bersih, tulus, dan ikhlas tanpa ada
unsur pamer ataupun keinginan untuk diketahui orang lain.
Inilah gambaran yang Allah berikan kepada kita
bagaimana seorang hamba yang ternyata mempunyai kekuatan dahsyat adalah hamba
yang bersedekah, tetapi tetap dalam kondisi ikhlas. Karena naluri dasar kita
sebenarnya selalu rindu akan pujian, penghormatan, penghargaan, ucapan terima
kasih, dan sebagainya. Kita pun selalu tergelitik untuk memamerkan segala apa
yang ada pada diri kita ataupun segala apa yang bisa kita lakukan. Apalagi
kalau yang ada pada diri kita atau yang tengah kita lakukan itu berupa
kebaikan.
Nah, sahabat. Orang yang ikhlas adalah orang yang punya kekuatan, ia
tidak akan kalah oleh aneka macam selera rendah, yaitu rindu pujian dan penghargaan.
Allaahu Akbar.***