Raden
Adjeng Kartini adalah salah satu tokoh pahlawan wanita Indonesia yang lahir di
Jepara pada tanggal 21 April 1879. Kartini merupakan seorang pelopor
kebangkitan kaum wanita di Indonesia, khususnya kaum pribumi. Kartini hanya
bersekolah hingga usia 12 tahun, karena pada masa itu, seorang perempuan harus
tinggal dirumah setelah menginjak usia yang memungkinkan untuk dipingit. Ia
membandingkan dengan wanita pribumi pada saat itu, strata wanita pribumi masih
tergolong sangat rendah dan jauh dibandingkan dengan wanita Eropa. Hal inilah
yang mendorong R.A Kartini untuk memajukan status wanita pribumi. Keinginannya
tidak semata hanya memajukan strata atau derajat wanita pada masa itu, namun
juga yang berhubungan dengan masalah sosial. Perhatiannya adalah memperjuangkan
hak wanita agar memiliki kebebasan, otonom juga perlakuan hukum yang sama dalam
masyarakat. Setelah itu, Kartini mulai merealisasikan mimpinya untuk memajukan
wanita dengan mendirikan sekolah wanita yang terletak di sebelah timur pintu
gerbang kantor bupati Rembang (kini menjadi Gedung Pramuka).
Dalam
kondisi budaya yang masih kuat mengungkung perempuan, Kartini telah
memvisualisasikan mimpi dan idenya yang besar bagi peningkatan hidup perempuan,
dan tidak hanya itu, beliau juga membuka sekolah bagi kaum perempuan. Habis
Gelap Terbitlah Terang, merupakan kumpulan surat R.A Kartini selama
berkoresponden dengan sahabat penanya di Belanda. Diterbitkan kembali dalam
format baru pada tahun 1938 yang diterjemahkan oleh Armijn Pane. Buku ini
berisi 87 surat yang ditulis R.A Kartini yang disusun sedemikian rupa.
Potret Kartini Sekarang
Perang melawan kemaksiatan di
negeri ini tampaknya masih belum usai. Betapa tidak, hasil survei yang yang
diselenggarakan oleh Komisi Nasional Perlindungan Anak (KOMNAS-PA) baru-baru
ini mengungkapkan bahwa sebanyak 62,7 persen siswi SMP sudah pernah melakukan
hubukan seks pra-nikah, alias tidak perawan. Sementara 21,2 persen dari para
siswi SMP tersebut mengaku pernah melakukan aborsi ilegal. Dari survei yang
diselenggarakan KOMNAS-PA tersebut terungkap bahwa tren perilaku seks bebas
pada remaja Indonesia tersebar secara merata di seluruh kota dan desa, dan
terjadi pada berbagai golongan status ekonomi dan sosial, baik kaya maupun
miskin. Data tersebut diperoleh berdasarkan survei oleh Komisi Nasional
Perlindungan Anak (KOMNAS-PA) yang dikumpulkan dari 4.726 responden siswa SMP
dan SMA di 17 kotabesar. Bila
kita melihat bagaimana Kartini sekarang, mungkin Beliau akan menulis kembali surat
kepada temannya. Bagaimana perempuan kekinian yang sulit untuk menghargai
bahkan sesama perempuan sendiri.
Jika Kartini membaca data tersebut dan melihat para Kartini di masa
kini, nampaknya beliau akan bersedih dan menarik kembali emansiapasi wanita
yang digalakkannya. Beliau memperjuangkan emansipasi agar wanita tersebut dapat
berkembang, berkompetitif di ranah publik dan menjadi pengayom bagi para
lelaki, namun yang terjadi banyak wanita yang over terhadap emansipasi dan
melupakan jati dirinya sebagai wanita yang fitrahnya adalah menjadi seorang Ibu
yang pengasih dan penyayang.
Jika kaum Ibu sudah tak bermoral meski sudah muncul ke ranah
publik, haruskah Kartini menyesalkan emansipasi yang diteriakkannya dan malah
berbalik menyerukan wanita kembali ke rumahnya dan mengurus rumah tangganya.
Jika Kartini meneriakkan melalui tulisannya “ Door Duisternis Tot
Licht ” yang berarti “ Habislah Gelap
Terbitlah Terang ” mungkin dia akan merevisinya kembali ketika melihat kartini
sekarang “ Pergi Gelap Pulang Gelap ” karena mereka mengabaikan rumah tangganya
sendiri.
Melanjutkan Tongkat Estafet dari R.A.
Kartini
Hari
Kartini diperingati pada tanggal 21 April setiap tahunnya. Diharapkan Hari
Kartini bisa jadi titik tolak aksi nyata untuk menolak adanya aksi kekerasan dalam
rumah tangga. Peringatan Hari Kartini bukan hanya simbolisasi dengan sanggul
dan kebaya. Kita perlu memaknai perjuangan Kartini secara lebih konkrit dan
aplikatif untuk kemajuan bangsa saat ini. RA
Kartini hidup pada masa di mana kesempatan perempuan untuk berkarya sangat
kecil. Pemikiran dan semangat RA Kartini saat itu sangat berpengaruh dalam
peningkatan kualitas hidup kaum perempuan.
Tanpa semangat dan motivasi tinggi, sulit rasanya untuk
mengembangkan dan memajukan bangsa ini. Perlu adanya revolusi mental dan
tertanamnya rasa nasionalisme di setiap sanubari wanita Indonesia. Lalu, apa saja yang bisa
dilakukan wanita agar ia bisa meneruskan perjuangan Kartini di masa ini ?
1. Harus Cerdas dan Banyak Ide
Seperti yang dilakukan Kartini, mencopy konsep kekinian wanita
Belanda pada masanya membuatnya berkembang dengan pikiran terbuka untuk
memajukan wanita Indonesia. Kita pun di masa ini bisa melakukan hal yang sama.
Banyak membaca, menambah referensi informasi, cari pengalaman disana sini dan
mampu mengembangkan berbagai ide untuk terus memberi inspirasi bagi banyak
orang adalah hal yang dapat dilakukan untuk mengembangkan diri
2. Harus Tangguh & Berani
Sebagaimana perjuangan Kartini yang berani untuk mendobrak budaya
lama menjadi budaya baru tentang hak dan martabat wanita, di masa ini pun kita
harus melakukan hal yang sama. Untuk menjadi wanita modern, kita harus
menyingkirkan berbagai pemahaman masa lalu bahwa wanita itu lemah, penakut dan
atau tidak bisa mandiri. Di zaman yang serba maju ini, wanitapun harus
berpikiran maju yang diimbangi dengan tekad kuat untuk bisa semakin eksis dan
bermanfaat bagi banyak orang. Hapus pemikiran lama dan buktikan bahwa wanita
bisa melakukan hal-hal yang sebelumnya hanya bisa dilakukan oleh kaum pria.
3. Membawa Nama Baik Indonesia
Membawa nama baik Indonesia. Ya, inilah yang dilakukan Kartini di
masa lalu karena hasil kumpulan tulisannya yang dibukukan dan berbagai sekolah
wanita yang ia kembangkan telah diketahui dunia internasional, bahwa ia ada
untuk meningkatkan derajat wanita Indonesia. Namun popularitasnya tidak lantas
membuatnya sombong, justru kerendahan hatinya sungguh sangat dikagumi oleh
banyak orang. Wanita masa kini pun mampu melakukan hal yang sama, yaitu populer
dengan karyanya dan dapat membawa nama baik Indonesia serta membuktikan bahwa
negara kita kaya akan masyarakat yang unggul dan dapat bersaing di kancah
Internasional.
Wanita Indonesia harus mengembangkan potensi dirinya agar bisa
seperti Kartini, yaitu bermanfaat bagi orang banyak. Para wanita yang hobbi
menulis pun dapat disebut sebagai Kartini jika tulisannya mengandung
aspek-aspek sosial dan dapat memberikan inspirasi bagi banyak orang (seperti
tulisan Kartini). Selain itu, seorang ibu rumah tangga yang rajin menyelesaikan
pekerjaan rumah dan menyediakan hidangan terbaik untuk untuk keluarganya juga
disebut Kartini karena ia telah bermanfaat bagi keluarganya. Atau pun berbagai
aktivitas positif lainnya yang dapat kita lakukan agar bermanfaat bagi sesama. Yuk wanita Indonesia, jangan hanya bersembunyi
di belakang, dibalik tabir kesunyian dan keterpurukan. Buktikan bahwa Anda
mampu untuk menjadi wanita mandiri di masa ini. Teruskan perjuangan Kartini
dengan berbagai potensi yang Anda miliki. Mati satu tumbuh seribu, itulah
semboyan yang kita harapkan. Walaupun Kartini telah tiada namun perjuangan
Kartini tidaklah stagnan begitu saja. Harus ada Kartini-kartini modern yang
bertebaran di tanah air ini.
“Jangan Pernah Menyerah…. Teruslah Berjuang untuk Kemajuan dan
Kemandirian Kaum Perempuan Indonesia.”
0 komentar:
Posting Komentar