Insya Allah Yang Diremehkan
Edisi
II
Oleh
Abdul Manan
Sebelum kita menyelami makna sebenarnya yang
terkandung dalam kalimat “insya Allah”, ada baiknya kita melihat terlebih
dahulu melihat sejarah penggunaan kalimat ini. Jika kita amati ayat-ayat
Al-Qur’an, ternyata kalimat insya Allah telah digunakan oleh nabi-nabi
terdahulu sebelum Nabi Muhammad SAW. Apabila Nabi Ibrahim menyampaikan perintah
Allah untuk menyembelih anaknya, Ismail, anak yang saleh ini berkata: “Wahai bapaku, kerjakanlah
apa yang diperintahkan kepadamu. Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk
orang-orang yang bersabar.” (QS. Al-Saffat : 102). Begitu juga ucapan Nabi
Musa apabila beliau berjanji kepada Nabi Khidir untuk patuh kepada semua
arahannya sepanjang perjalanan menuntut ilmu. Nabi Musa berkata: “Insya
Allah engkau akan mendapatiku sebagai orang yang bersabar, dan aku tidak akan
menentangmu dalam sesuatu urusanpun.” ( QS. Al-Kahfi : 69). Kalimat ini
kemudiannya diwariskan kepada Nabi Muhammad SAW. Allah
memerintahkan baginda untuk selalu mengucapkan insya Allah setiapkali
berjanji akan melakukan sesuatu di masa depan. Allah berfirman: “Dan jangan
sekali-kali engkau (Muhammad) mengatakan: ‘Sesungguhnya aku akan mengerjakan
ini esok’, kecuali (dengan menyebut): insya Allah...” (QS. Al-Kahfi :
23-24). Ibnu Katsir berkata : Sebab turunnya ayat ini adalah ketika Nabi SAW
ditanya tentang ahshabul kahfi, beliau menjawab : Besok, saya akan menjawab
pertanyaan kalian.”.Ternyata wahyu terlambat turun selama 15 hari. (Shofawatut Tafasir : 666).
Menurut Ibn Jarir Al-Tabari, ayat ini berisi pengajaran adab untuk
Nabi SAW. Beliau dilarang untuk memastikan apa yang akan terjadi di masa
hadapan melainkan dengan menyandarkannya kepada kehendak Allah. Sebab segala
sesuatu hanya boleh berlaku apabila dikehendaki oleh Allah. Pengajaran ini
tentu sahaja bukan khas untuk Baginda Nabi seorang. Akan tetapi, adab ini juga
berlaku untuk seluruh umat baginda hingga akhir zaman. Seorang mukmin yang
menyadari hakikat dirinya sebagai hamba yang lemah tidak pernah berjanji
melainkan dengan menyebut insya Allah.
Secara harfiah, kalimat insya Allah bermakna “jika Allah
menghendaki”. Ucapan ini melambangkan
kesadaran hamba akan hakikat dirinya yang serba kekurangan dan jahil.
Sekaligus mengiktiraf kekuasaan Allah yang Maha Kuasa dalam menentukan setiap
yang berlaku di alam semesta ini. Sepandai apapun seorang manusia, ia hanya
boleh merancang dan berharap. Allah juga yang akan menentukan apakah rancangan
dan harapan itu boleh terlaksana ataukah tidak?
Ucapan insya Allah ini mencerminkan pengakuan atas kelemahan diri
dan ketergantungan kepada belas kasih Tuhannya agar selalu membantu dalam
setiap keinginan dan niatannya. Siapa
yang selalu menyadari kelemahan dirinya, Allah akan selalu hadir dalam
hidupnya. Dan siapa yang merasa dirinya serba cukup dan berkuasa atas
segalanya, ia akan lupa diri dan berakhir seperti Fir’aun dan Namruz yang
mengaku diri sebagai tuhan.
Kekeliruan dalam penggunaan kalimat Insya Allah
Jelaslah, ucapan insya Allah sama sekali
bukan alat untuk melepaskan tanggung jawab atau alasan untuk tidak menepati
janji. Sebagai seorang muslim, janji adalah hutang yang mesti kita tunaikan.
Ucapan ini juga bukan kalimat alternatif untuk menolak secara halus permintaan
pihak yang ingin kita jaga hatinya. Sebaliknya, insya Allah lebih sesuai
dipahami sebagai kata-kata jaminan bahawa janji yang telah terucap akan akan
terlaksana dengan baik. Sebab siapa yang berjanji dengan niat sungguh-sungguh
untuk melaksanakannya, sambil menyerahkan perkara itu kepada Allah, bantuan
dari Allah akan datang untuk mewujudkan janji tersebut. Dalam hadis Al-Bukhari
dan Muslim, Rasulullah SAW. pernah bercerita: “ Nabi Sulaiman bin Dawud berkata: ‘Malam ini
aku akan mendatangi 90 orang isteri-isteriku. Setiap daripada mereka pasti akan
melahirkan seorang pejuang di jalan Allah.’ “Malaikat berkata kepadanya:
‘katakanlah insya Allah.’ Namun Nabi Sulaiman tidak mengucapkan kalimat ini.
Akhirnya, tidak ada seorangpun daripada isteri-isterinya itu yang melahirkan
anak. Hanya seorang isteri yang melahirkan, namun anak itu cacat dan tidak
sempurna.”
Bersabda Nabi Saw: “ Demi Allah yang jiwaku berada di tangan-Nya, andai
beliau mengucapkan: insya Allah, niscaya isteri-isterinya itu akan melahirkan
anak-anak yang berjuang di jalan Allah.” Pastikan selalu kalimat insya
Allah diucapkan setiapkali berjanji. Selepas itu berusahalah sedaya upaya
untuk menepati janji itu sambil meminta bantuan daripada Allah Swt. Jika semua
ini kita lakukan, maka bantuan dari Allah akan sentiasa mengalir untuk kita.
Kalau bukan kita yang merubah persepsi negatif tentang Islam dan kaum muslimin,
maka siapa lagi? Wallahu a’lam.
0 komentar:
Posting Komentar