Rabu, 03 Juni 2015

Kartini dan Emansipasinya



Raden Adjeng Kartini adalah salah satu tokoh pahlawan wanita Indonesia yang lahir di Jepara pada tanggal 21 April 1879. Kartini merupakan seorang pelopor kebangkitan kaum wanita di Indonesia, khususnya kaum pribumi. Kartini hanya bersekolah hingga usia 12 tahun, karena pada masa itu, seorang perempuan harus tinggal dirumah setelah menginjak usia yang memungkinkan untuk dipingit. Ia membandingkan dengan wanita pribumi pada saat itu, strata wanita pribumi masih tergolong sangat rendah dan jauh dibandingkan dengan wanita Eropa. Hal inilah yang mendorong R.A Kartini untuk memajukan status wanita pribumi. Keinginannya tidak semata hanya memajukan strata atau derajat wanita pada masa itu, namun juga yang berhubungan dengan masalah sosial. Perhatiannya adalah memperjuangkan hak wanita agar memiliki kebebasan, otonom juga perlakuan hukum yang sama dalam masyarakat. Setelah itu, Kartini mulai merealisasikan mimpinya untuk memajukan wanita dengan mendirikan sekolah wanita yang terletak di sebelah timur pintu gerbang kantor bupati Rembang (kini menjadi Gedung Pramuka).


Dalam kondisi budaya yang masih kuat mengungkung perempuan, Kartini telah memvisualisasikan mimpi dan idenya yang besar bagi peningkatan hidup perempuan, dan tidak hanya itu, beliau juga membuka sekolah bagi kaum perempuan. Habis Gelap Terbitlah Terang, merupakan kumpulan surat R.A Kartini selama berkoresponden dengan sahabat penanya di Belanda. Diterbitkan kembali dalam format baru pada tahun 1938 yang diterjemahkan oleh Armijn Pane. Buku ini berisi 87 surat yang ditulis R.A Kartini yang disusun sedemikian rupa.


Potret Kartini Sekarang
 
Perang melawan kemaksiatan di negeri ini tampaknya masih belum usai. Betapa tidak, hasil survei yang yang diselenggarakan oleh Komisi Nasional Perlindungan Anak (KOMNAS-PA) baru-baru ini mengungkapkan bahwa sebanyak 62,7 persen siswi SMP sudah pernah melakukan hubukan seks pra-nikah, alias tidak perawan. Sementara 21,2 persen dari para siswi SMP tersebut mengaku pernah melakukan aborsi ilegal. Dari survei yang diselenggarakan KOMNAS-PA tersebut terungkap bahwa tren perilaku seks bebas pada remaja Indonesia tersebar secara merata di seluruh kota dan desa, dan terjadi pada berbagai golongan status ekonomi dan sosial, baik kaya maupun miskin. Data tersebut diperoleh berdasarkan survei oleh Komisi Nasional Perlindungan Anak (KOMNAS-PA) yang dikumpulkan dari 4.726 responden siswa SMP dan SMA di 17 kotabesar. Bila kita melihat bagaimana Kartini sekarang, mungkin Beliau akan menulis kembali surat kepada temannya. Bagaimana perempuan kekinian yang sulit untuk menghargai bahkan sesama perempuan sendiri.


Jika Kartini membaca data tersebut dan melihat para Kartini di masa kini, nampaknya beliau akan bersedih dan menarik kembali emansiapasi wanita yang digalakkannya. Beliau memperjuangkan emansipasi agar wanita tersebut dapat berkembang, berkompetitif di ranah publik dan menjadi pengayom bagi para lelaki, namun yang terjadi banyak wanita yang over terhadap emansipasi dan melupakan jati dirinya sebagai wanita yang fitrahnya adalah menjadi seorang Ibu yang pengasih dan penyayang.

Jika kaum Ibu sudah tak bermoral meski sudah muncul ke ranah publik, haruskah Kartini menyesalkan emansipasi yang diteriakkannya dan malah berbalik menyerukan wanita kembali ke  rumahnya dan mengurus rumah tangganya.


Jika Kartini meneriakkan melalui tulisannya “ Door Duisternis Tot Licht ”  yang berarti “ Habislah Gelap Terbitlah Terang ” mungkin dia akan merevisinya kembali ketika melihat kartini sekarang “ Pergi Gelap Pulang Gelap ” karena mereka mengabaikan rumah tangganya sendiri.


Melanjutkan Tongkat Estafet dari R.A. Kartini
 
Hari Kartini diperingati pada tanggal 21 April setiap tahunnya. Diharapkan Hari Kartini bisa jadi titik tolak aksi nyata untuk menolak adanya aksi kekerasan dalam rumah tangga. Peringatan Hari Kartini bukan hanya simbolisasi dengan sanggul dan kebaya. Kita perlu memaknai perjuangan Kartini secara lebih konkrit dan aplikatif untuk kemajuan bangsa saat ini.  RA Kartini hidup pada masa di mana kesempatan perempuan untuk berkarya sangat kecil. Pemikiran dan semangat RA Kartini saat itu sangat berpengaruh dalam peningkatan kualitas hidup kaum perempuan.


Tanpa semangat dan motivasi tinggi, sulit rasanya untuk mengembangkan dan memajukan bangsa ini. Perlu adanya revolusi mental dan tertanamnya rasa nasionalisme di setiap sanubari  wanita Indonesia. Lalu, apa saja yang bisa dilakukan wanita agar ia bisa meneruskan perjuangan Kartini di masa ini ?


1. Harus Cerdas dan Banyak Ide
 Seperti yang dilakukan Kartini, mencopy konsep kekinian wanita Belanda pada masanya membuatnya berkembang dengan pikiran terbuka untuk memajukan wanita Indonesia. Kita pun di masa ini bisa melakukan hal yang sama. Banyak membaca, menambah referensi informasi, cari pengalaman disana sini dan mampu mengembangkan berbagai ide untuk terus memberi inspirasi bagi banyak orang adalah hal yang dapat dilakukan untuk mengembangkan diri


2. Harus Tangguh & Berani
Sebagaimana perjuangan Kartini yang berani untuk mendobrak budaya lama menjadi budaya baru tentang hak dan martabat wanita, di masa ini pun kita harus melakukan hal yang sama. Untuk menjadi wanita modern, kita harus menyingkirkan berbagai pemahaman masa lalu bahwa wanita itu lemah, penakut dan atau tidak bisa mandiri. Di zaman yang serba maju ini, wanitapun harus berpikiran maju yang diimbangi dengan tekad kuat untuk bisa semakin eksis dan bermanfaat bagi banyak orang. Hapus pemikiran lama dan buktikan bahwa wanita bisa melakukan hal-hal yang sebelumnya hanya bisa dilakukan oleh kaum pria.

3. Membawa Nama Baik Indonesia

Membawa nama baik Indonesia. Ya, inilah yang dilakukan Kartini di masa lalu karena hasil kumpulan tulisannya yang dibukukan dan berbagai sekolah wanita yang ia kembangkan telah diketahui dunia internasional, bahwa ia ada untuk meningkatkan derajat wanita Indonesia. Namun popularitasnya tidak lantas membuatnya sombong, justru kerendahan hatinya sungguh sangat dikagumi oleh banyak orang. Wanita masa kini pun mampu melakukan hal yang sama, yaitu populer dengan karyanya dan dapat membawa nama baik Indonesia serta membuktikan bahwa negara kita kaya akan masyarakat yang unggul dan dapat bersaing di kancah Internasional.

 Wanita Indonesia harus mengembangkan potensi dirinya agar bisa seperti Kartini, yaitu bermanfaat bagi orang banyak. Para wanita yang hobbi menulis pun dapat disebut sebagai Kartini jika tulisannya mengandung aspek-aspek sosial dan dapat memberikan inspirasi bagi banyak orang (seperti tulisan Kartini). Selain itu, seorang ibu rumah tangga yang rajin menyelesaikan pekerjaan rumah dan menyediakan hidangan terbaik untuk untuk keluarganya juga disebut Kartini karena ia telah bermanfaat bagi keluarganya. Atau pun berbagai aktivitas positif lainnya yang dapat kita lakukan agar bermanfaat bagi sesama. Yuk wanita Indonesia, jangan hanya bersembunyi di belakang, dibalik tabir kesunyian dan keterpurukan. Buktikan bahwa Anda mampu untuk menjadi wanita mandiri di masa ini. Teruskan perjuangan Kartini dengan berbagai potensi yang Anda miliki. Mati satu tumbuh seribu, itulah semboyan yang kita harapkan. Walaupun Kartini telah tiada namun perjuangan Kartini tidaklah stagnan begitu saja. Harus ada Kartini-kartini modern yang bertebaran di tanah air ini.

 “Jangan Pernah Menyerah…. Teruslah Berjuang untuk Kemajuan dan Kemandirian Kaum Perempuan Indonesia.”
 
 

 
 

 


 
 
 

0 komentar:

Posting Komentar