Profil DEMA-F FUAD

DEMA FUAD

Kegiatan

kegiatan Mahasiswa/Mahasiswi Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah

Berita LPM

Kumpulan Berita Sekitar Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah

Buletin AN-NAHL

Kumpulan Buletin AN-NAHL produksi KUPAS

Suara Mahasiswa

Suara Mahasiswa adalah wadah kumpulan aspirasi-aspirasi para mahasiswa/mahasiswi

Senin, 31 Agustus 2015

Kita Pasti Memiliki Cinta..



Kita pasti memiliki cinta, entah yang sekarang mungkin berada di samping kita atau mungkin yang sekarang sedang jauh disana, bahkan beberapa bernasib sama sepertiku yang cintanya tak dapat bersama. Ada beberapa diantara kalian, yang pernah mencintai lalu kehilangan dan kini bersama orang lain tapi cinta itu tidak pernah hilang. Cinta itu tetap ada, tersimpan jauh di dalam hati, terkubur diam, karena kamu yakin jika kamu mengatakannya pun tidak akan merubah apa-apa. Cintamu tidak akan pernah kembali.


Begitulah dengan aku, aku menyimpan cinta untuk seseorang, ku simpan jauh di dalam hati ku dan ku biarkan terkubur dalam diam. Ada yang bilang cara terbaik mencintai orang yang tidak dapat kamu miliki adalah mencintainya dalam diam, dan itu mungkin benar, dan memang benar, dan memang satu-satunya hal yang dapat aku lakukan. Karena aku sadar, apapun yang aku lakukan tidak akan mengembalikan dia ke sisiku.

Hari-hariku memang terus berlalu, aku menjalaninya dan menikmatinya. Detik demi detiknya aku bersyukur karena Tuhan memberiku nafas dan kesempatan untuk berbuat baik pada orang lain. Kesempatan untuk mencintai lagi, atau dapatkah ku sebut kesempatan untuk dicintai lagi, dan menjalin hubungan lagi? Tapi kalian bisa bilang aku egois dan jahat jika ku katakan, setiap paginya aku bangun dan berharap bahwa dia yang sekarang bersamaku adalah dia yang aku cintai. Sayangnya, hal itu tidak pernah terjadi. Setiap hari aku hanya menjalani hari-hariku, seseorang pernah bilang kekosongan dalam hidup terjadi saat kamu menjalaninya dan hanya menjalaninya. Menjalani takdir.

Tapi mencintai dalam diam tidaklah seburuk itu, setidaknya jika kita percaya adanya Tuhan maka kita percaya bahwa Tuhan telah menakdirkan kita bahagia dengan jalannya masing-masing. Kita hanya harus berdoa.

Mendoakan adalah cara terbaik menyampaikan kerinduan pada seseorang. Benar, mencintai tidak selamanya bersama meskipun Tuhan yang sematkan rasa cinta, tapi Tuhan ingin kita membagi kasih sayang kita dengan cara yang berbeda, dengan cara yang Tuhan suka, yakni mendoakan. Karena kita selalu dapat memeluk orang yang kita cintai dengan doa.

Kunci Hidup Sukses



Kunci Hidup Sukses
Edisi III
Oleh Surya Noor

"Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu..." (Q. S Ali Imran (3) : 160)

Bagaimana kita memahami pengertian hidup sukses? Dari mana harus memulainya ketika kita ingin hidup sukses? Tampaknya tidak terlalu salah bila ada orang yang telah berhasil menempuh jenjang pendidikan tinggi, bahkan lulusan luar negeri, lalu menganggap dirinya orang sukses. Mungkin juga seseorang yang gagal dalam menempuh jalur pendidikan formal belasan tahun lalu, tetapi saat ini berani menepuk dada karena yakin bahwa dirinya telah mencapai sukses. Karena, ia telah memilih dunia wirausaha, lalu berusaha keras tanpa mengenal lelah, sehingga mewujudlah segala buah jerih payahnya itu dalam belasan perusahaan besar yang menguntungkan. Seorang kiai atau mubaligh juga berusaha mensyukuri kesuksesan hidupnya ketika jutaan umat telah menjadi jamaahnya yang setia dan telah menjadikannya sebagai panutan, sementara pesantrennya selalu dipenuh sesaki ribuan santri.

Pendek kata, adalah hak setiap orang untuk menentukan sendiri dari sudut pandang mana ia melihat kesuksesan hidup. Akan tetapi, dari sudut pandang manakah seyogyanya seorang muslim dapat menilik dirinya sebagai orang yang telah meraih hidup sukses dalam urusan dunianya?

Membangun Fondasi
Kalau kita hendak membangun rumah, maka yang perlu terlebih dahulu dibuat dan diperkokoh adalah fondasinya. Karena, fondasi yang tidak kuat sudah dapat dipastikan akan membuat bangunan cepat ambruk kendati dinding dan atapnya dibuat sekuat dan sebagus apapun. Sering terjadi menimpa sebuah perusahaan, misalnya yang asalnya memiliki kinerja yang baik, sehingga maju pesat, tetapi ternyata ditengah jalan rontok. Padahal, perusahaan tersebut tinggal satu dua langkah lagi menjelang sukses. Mengapa bisa demikian? ternyata faktor penyebabnya adalah karena didalamnya merajalela ketidakjujuran, penipuan, intrik dan aneka kezhaliman lainnya. 

Lalu apa yang harus kita lakukan untuk merintis sesuatu secara baik? Alangkah indah dan mengesankan kalau kita meyakini satu hal, bahwa tiada kesuksesan yang sesungguhnya, kecuali kalau Allah Azza wa Jalla menolong segala urusan kita. Dengan kata lain apabila kita merindukan dapat meraih tangga kesuksesan, maka segala aspek yang berkaitan dengan dimensi sukses itu sendiri harus disandarkan pada satu prinsip, yakni sukses dengan dan karena pertolongan-Nya. Inilah yang dimaksud dengan fondasi yang tidak bisa tidak harus diperkokoh sebelum kita membangun dan menegakkan menara gading kesuksesan.

Sunnatullah dan Inayatullah
Terjadinya seseorang bisa mencapai sukses atau terhindar dari sesuatu yang tidak diharapkannya, ternyata amat bergantung pada dua hal yakni sunnatullah dan inayatullah. Sunatullah artinya sunnah-sunnah Allah yang mewujud berupa hukum alam yang terjadinya memerlukan proses sebab akibat, sehingga membuka peluang bagi perekayasaan oleh perbuatan manusia. Seorang mahasiswa ingin menyelesaikan studinya tepat waktu dan dengan predikat memuaskan. Keinginan itu bisa tercapai apabila ia bertekad untuk bersungguh-sungguh dalam belajarnya, mempersiapkan fisik dan pikirannya dengan sebaik-baiknya, lalu meningkatkan kuantitas dan kualitas belajarnya sedemikian rupa, sehingga melebihi kadar dan cara belajar yang dilakukan rekan-rekannya. Dalam konteks sunnatullah, sangat mungkin ia bisa meraih apa yang dicita-citakannya itu.

Contoh lain bertolak belakang dengan itu, ada bus yang terjatuh ke jurang dan menewaskan seluruh penumpangnya, tetapi seorang bayi selamat tanpa sedikitpun terluka. Seorang anak kecil yang terjatuh dari gedung lantai ketujuh ternyata tidak apa-apa, padahal secara logika terjatuh dari lantai dua saja ia bisa tewas. Sebaliknya, mahasiswa yang telah bersungguh-sungguh berikhtiar tadi, bisa saja gagal total hanya karena Allah menakdirkan ia sakit parah menjelang masa ujian akhir studinya, misalnya. Segala yang mustahil menurut akal manusia sama sekali tidak ada yang mustahil bila inayatullah atau pertolongan Allah telah turun.

Rekayasa Diri
Kalau kita menginginkan hidup sukses di dunia, maka janganlah hanya menyibukkan diri dengan ikhtiar dhahir semata, tetapi juga rekayasalah diri kita supaya menjadi orang yang layak ditolong oleh Allah dengan juga melakukan ikhtiar bathin. Ikhtiar dhahir akan menghadapkan kita pada dua pilihan, yakni tercapainya apa yang kita dambakan - karena faktor sunnatullah tadi - namun juga tidak mustahil akan berujung pada kegagalan kalau Allah menghendaki lain.

Lain halnya kalau ikhtiar dhahir itu diseiringkan dengan ikhtiar bathin. Mengawalinya dengan dasar niat yang benar dan ikhlas semata mata demi ibadah kepada Allah. Berikhtiar dengan cara yang benar, kesungguhan yang tinggi, ilmu yang tepat sesuai yang diperlukan, jujur, lurus, tidak suka menganiaya orang lain dan tidak mudah berputus asa. Senantiasa menggantungkan harap hanya kepada Nya semata, seraya menepis sama sekali dari berharap kepada makhluk. Memohon dengan segenap hati kepada Nya agar bisa sekiranya apa-apa yang tengah diikhtiarkan itu bisa membawa maslahat bagi dirinya mapun bagi orang lain, kiranya Dia berkenan menolong memudahkan segala urusan kita. Dan tidak lupa menyerahkan sepenuhnya segala hasil akhir kepada Dia Dzat Maha Penentu segala kejadian. Bila Allah sudah menolong, maka siapa yang bisa menghalangi pertolongan-Nya? Walaupun bergabung jin dan manusia untuk menghalangi pertolongan yang diturunkan Allah atas seorang hamba Nya sekali-kali tidak akan pernah terhalang karena Dia memang berkewajiban menolong hamba-hambaNya yang beriman.

"Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu Jika Allah membiarkan kamu (tidak memberikan pertolongan) maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakal" (QS Ali Imran (3) : 160).
















Insya Allah Yang Diremehkan

Insya Allah Yang Diremehkan
Edisi II
Oleh Abdul Manan
Sebelum kita menyelami makna sebenarnya yang terkandung dalam kalimat “insya Allah”, ada baiknya kita melihat terlebih dahulu melihat sejarah penggunaan kalimat ini. Jika kita amati ayat-ayat Al-Qur’an, ternyata kalimat insya Allah telah digunakan oleh nabi-nabi terdahulu sebelum Nabi Muhammad SAW. Apabila Nabi Ibrahim menyampaikan perintah  Allah untuk menyembelih anaknya, Ismail, anak yang saleh ini berkata: “Wahai bapaku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang bersabar.” (QS. Al-Saffat : 102). Begitu juga ucapan Nabi Musa apabila beliau berjanji kepada Nabi Khidir untuk patuh kepada semua arahannya sepanjang perjalanan menuntut ilmu. Nabi Musa berkata: “Insya Allah engkau akan mendapatiku sebagai orang yang bersabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusanpun.” ( QS. Al-Kahfi : 69). Kalimat ini kemudiannya diwariskan kepada Nabi Muhammad SAW. Allah memerintahkan baginda untuk selalu mengucapkan insya Allah setiapkali berjanji akan melakukan sesuatu di masa depan. Allah berfirman: “Dan jangan sekali-kali engkau (Muhammad) mengatakan: ‘Sesungguhnya aku akan mengerjakan ini esok’, kecuali (dengan menyebut): insya Allah...” (QS. Al-Kahfi : 23-24). Ibnu Katsir berkata : Sebab turunnya ayat ini adalah ketika Nabi SAW ditanya tentang ahshabul kahfi, beliau menjawab : Besok, saya akan menjawab pertanyaan kalian.”.Ternyata wahyu terlambat turun selama 15 hari. (Shofawatut Tafasir : 666).

Menurut Ibn Jarir Al-Tabari, ayat ini berisi pengajaran adab untuk Nabi SAW. Beliau dilarang untuk memastikan apa yang akan terjadi di masa hadapan melainkan dengan menyandarkannya kepada kehendak Allah. Sebab segala sesuatu hanya boleh berlaku apabila dikehendaki oleh Allah. Pengajaran ini tentu sahaja bukan khas untuk Baginda Nabi seorang. Akan tetapi, adab ini juga berlaku untuk seluruh umat baginda hingga akhir zaman. Seorang mukmin yang menyadari hakikat dirinya sebagai hamba yang lemah tidak pernah berjanji melainkan dengan menyebut insya Allah.
Secara harfiah, kalimat insya Allah bermakna “jika Allah menghendaki”. Ucapan ini melambangkan  kesadaran hamba akan hakikat dirinya yang serba kekurangan dan jahil. Sekaligus mengiktiraf kekuasaan Allah yang Maha Kuasa dalam menentukan setiap yang berlaku di alam semesta ini. Sepandai apapun seorang manusia, ia hanya boleh merancang dan berharap. Allah juga yang akan menentukan apakah rancangan dan harapan itu boleh terlaksana ataukah tidak?  Ucapan insya Allah ini mencerminkan pengakuan atas kelemahan diri dan ketergantungan kepada belas kasih Tuhannya agar selalu membantu dalam setiap keinginan dan niatannya. Siapa yang selalu menyadari kelemahan dirinya, Allah akan selalu hadir dalam hidupnya. Dan siapa yang merasa dirinya serba cukup dan berkuasa atas segalanya, ia akan lupa diri dan berakhir seperti Fir’aun dan Namruz yang mengaku diri sebagai tuhan.  
Kekeliruan dalam penggunaan kalimat Insya Allah
Jelaslah, ucapan insya Allah sama sekali bukan alat untuk melepaskan tanggung jawab atau alasan untuk tidak menepati janji. Sebagai seorang muslim, janji adalah hutang yang mesti kita tunaikan. Ucapan ini juga bukan kalimat alternatif untuk menolak secara halus permintaan pihak yang ingin kita jaga hatinya. Sebaliknya, insya Allah lebih sesuai dipahami sebagai kata-kata jaminan bahawa janji yang telah terucap akan akan terlaksana dengan baik. Sebab siapa yang berjanji dengan niat sungguh-sungguh untuk melaksanakannya, sambil menyerahkan perkara itu kepada Allah, bantuan dari Allah akan datang untuk mewujudkan janji tersebut. Dalam hadis Al-Bukhari dan Muslim, Rasulullah SAW. pernah bercerita: “ Nabi Sulaiman bin Dawud berkata: ‘Malam ini aku akan mendatangi 90 orang isteri-isteriku. Setiap daripada mereka pasti akan melahirkan seorang pejuang di jalan Allah.’ “Malaikat berkata kepadanya: ‘katakanlah insya Allah.’ Namun Nabi Sulaiman tidak mengucapkan kalimat ini. Akhirnya, tidak ada seorangpun daripada isteri-isterinya itu yang melahirkan anak. Hanya seorang isteri yang melahirkan, namun anak itu cacat dan tidak sempurna.” Bersabda Nabi Saw: “ Demi Allah yang jiwaku berada di tangan-Nya, andai beliau mengucapkan: insya Allah, niscaya isteri-isterinya itu akan melahirkan anak-anak yang berjuang di jalan Allah.” Pastikan selalu kalimat insya Allah diucapkan setiapkali berjanji. Selepas itu berusahalah sedaya upaya untuk menepati janji itu sambil meminta bantuan daripada Allah Swt. Jika semua ini kita lakukan, maka bantuan dari Allah akan sentiasa mengalir untuk kita. Kalau bukan kita yang merubah persepsi negatif tentang Islam dan kaum muslimin, maka siapa lagi? Wallahu a’lam.