Senin, 31 Agustus 2015

Insya Allah Yang Diremehkan

Insya Allah Yang Diremehkan
Edisi II
Oleh Abdul Manan
Sebelum kita menyelami makna sebenarnya yang terkandung dalam kalimat “insya Allah”, ada baiknya kita melihat terlebih dahulu melihat sejarah penggunaan kalimat ini. Jika kita amati ayat-ayat Al-Qur’an, ternyata kalimat insya Allah telah digunakan oleh nabi-nabi terdahulu sebelum Nabi Muhammad SAW. Apabila Nabi Ibrahim menyampaikan perintah  Allah untuk menyembelih anaknya, Ismail, anak yang saleh ini berkata: “Wahai bapaku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang bersabar.” (QS. Al-Saffat : 102). Begitu juga ucapan Nabi Musa apabila beliau berjanji kepada Nabi Khidir untuk patuh kepada semua arahannya sepanjang perjalanan menuntut ilmu. Nabi Musa berkata: “Insya Allah engkau akan mendapatiku sebagai orang yang bersabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusanpun.” ( QS. Al-Kahfi : 69). Kalimat ini kemudiannya diwariskan kepada Nabi Muhammad SAW. Allah memerintahkan baginda untuk selalu mengucapkan insya Allah setiapkali berjanji akan melakukan sesuatu di masa depan. Allah berfirman: “Dan jangan sekali-kali engkau (Muhammad) mengatakan: ‘Sesungguhnya aku akan mengerjakan ini esok’, kecuali (dengan menyebut): insya Allah...” (QS. Al-Kahfi : 23-24). Ibnu Katsir berkata : Sebab turunnya ayat ini adalah ketika Nabi SAW ditanya tentang ahshabul kahfi, beliau menjawab : Besok, saya akan menjawab pertanyaan kalian.”.Ternyata wahyu terlambat turun selama 15 hari. (Shofawatut Tafasir : 666).

Menurut Ibn Jarir Al-Tabari, ayat ini berisi pengajaran adab untuk Nabi SAW. Beliau dilarang untuk memastikan apa yang akan terjadi di masa hadapan melainkan dengan menyandarkannya kepada kehendak Allah. Sebab segala sesuatu hanya boleh berlaku apabila dikehendaki oleh Allah. Pengajaran ini tentu sahaja bukan khas untuk Baginda Nabi seorang. Akan tetapi, adab ini juga berlaku untuk seluruh umat baginda hingga akhir zaman. Seorang mukmin yang menyadari hakikat dirinya sebagai hamba yang lemah tidak pernah berjanji melainkan dengan menyebut insya Allah.
Secara harfiah, kalimat insya Allah bermakna “jika Allah menghendaki”. Ucapan ini melambangkan  kesadaran hamba akan hakikat dirinya yang serba kekurangan dan jahil. Sekaligus mengiktiraf kekuasaan Allah yang Maha Kuasa dalam menentukan setiap yang berlaku di alam semesta ini. Sepandai apapun seorang manusia, ia hanya boleh merancang dan berharap. Allah juga yang akan menentukan apakah rancangan dan harapan itu boleh terlaksana ataukah tidak?  Ucapan insya Allah ini mencerminkan pengakuan atas kelemahan diri dan ketergantungan kepada belas kasih Tuhannya agar selalu membantu dalam setiap keinginan dan niatannya. Siapa yang selalu menyadari kelemahan dirinya, Allah akan selalu hadir dalam hidupnya. Dan siapa yang merasa dirinya serba cukup dan berkuasa atas segalanya, ia akan lupa diri dan berakhir seperti Fir’aun dan Namruz yang mengaku diri sebagai tuhan.  
Kekeliruan dalam penggunaan kalimat Insya Allah
Jelaslah, ucapan insya Allah sama sekali bukan alat untuk melepaskan tanggung jawab atau alasan untuk tidak menepati janji. Sebagai seorang muslim, janji adalah hutang yang mesti kita tunaikan. Ucapan ini juga bukan kalimat alternatif untuk menolak secara halus permintaan pihak yang ingin kita jaga hatinya. Sebaliknya, insya Allah lebih sesuai dipahami sebagai kata-kata jaminan bahawa janji yang telah terucap akan akan terlaksana dengan baik. Sebab siapa yang berjanji dengan niat sungguh-sungguh untuk melaksanakannya, sambil menyerahkan perkara itu kepada Allah, bantuan dari Allah akan datang untuk mewujudkan janji tersebut. Dalam hadis Al-Bukhari dan Muslim, Rasulullah SAW. pernah bercerita: “ Nabi Sulaiman bin Dawud berkata: ‘Malam ini aku akan mendatangi 90 orang isteri-isteriku. Setiap daripada mereka pasti akan melahirkan seorang pejuang di jalan Allah.’ “Malaikat berkata kepadanya: ‘katakanlah insya Allah.’ Namun Nabi Sulaiman tidak mengucapkan kalimat ini. Akhirnya, tidak ada seorangpun daripada isteri-isterinya itu yang melahirkan anak. Hanya seorang isteri yang melahirkan, namun anak itu cacat dan tidak sempurna.” Bersabda Nabi Saw: “ Demi Allah yang jiwaku berada di tangan-Nya, andai beliau mengucapkan: insya Allah, niscaya isteri-isterinya itu akan melahirkan anak-anak yang berjuang di jalan Allah.” Pastikan selalu kalimat insya Allah diucapkan setiapkali berjanji. Selepas itu berusahalah sedaya upaya untuk menepati janji itu sambil meminta bantuan daripada Allah Swt. Jika semua ini kita lakukan, maka bantuan dari Allah akan sentiasa mengalir untuk kita. Kalau bukan kita yang merubah persepsi negatif tentang Islam dan kaum muslimin, maka siapa lagi? Wallahu a’lam.






0 komentar:

Posting Komentar